23 April 2022

 

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

Oleh : SUPRAPTO CGP Angkatan 4 Kelas 4.1.B

  

Sebagai seseorang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, pastilah kita akan menjumpai berbagai permasalahan, yang menuntut adanya proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Dalam proses pengambilan keputusan ini tentunya bisa melibatkan berbagai pihak, apakah terkait dengan siswa, guru, orang tua siswa ataupun kepala sekolah. Kolaborasi dengan berbagai pihak dalam proses pengambilan keputusan tentunya akan menghasilkan keputusan yang lebih baik sehingga bisa diantisipasi adanya potensi/ dampak  negatif atas keputusan yang telah kita ambil. Pengetahuan dan ketrampilan yang memadai turut serta berpengaruh dalam proses pengambilan keputusan yang tepat dan bijaksana.

Filosofi Pratap Triloka  yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara atau yang kita kenal dengan asas-asas pendidikan yang  terdiri atas 3 semboyan yaitu Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani, bisa dijadikan landasan dalam proses pengambilan keputusan. Dimana sebagai seorang pendidik sekaligus pemimpin pembelajaran, tentunya apa yang yang kita lakukan harus bisa diteladani oleh siswa-siswi kita. Kitapun juga harus mampu memotivasi dan memberikan dorongan kepada siswa-siswi kita agar berupaya semaksimal mungkin dalam proses pembelajaran agar meraih hasil yang maksimal. Selain itu kita juga harus memberikan kepercayaan kepada siswa siswi kita agar lebih berani untuk tampil dan mengambil peran sesuai dengan porsinya agar kelak siap menjadi pemimpin sesuai bidang keahlian yang ditekuninya.

Hal lain yang tak kalah pentingnya bagi seorang pendidik dan pemimpin pembelajaran adalah nilai-nilai kebajikan yang dimilikinya secara alami. Nilai-nilai kebajikan ini menjadi pijakan awal, yang mampu menuntun kita dalam setiap pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan segala aspek yang terkait sehingga keputusan yang diambil benar-benar tepat dan dapat dipertanggung jawabkan serta memberikan kemaslahatan bagi semua pihak.

Proses pengambilan keputusan yang tepat dan efektif tentunya tidaklah bisa dilakukan begitu saja tetapi memerlukan latihan demi latihan agar semakin trampil. Dalam proses ini peran dari pedamping dan fasilitator sangat signifikan untuk mendorong proses pengambilan keputusan atas kasus-kasus yang ada, baik di LMS, kasus nyata ataupun kasus pihak lain di media massa. Latihan-latihan proses pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus tersebut rupanya telah akan mampu mengasah ketrampilan kita dalam pengambilan keputusan dengan memperhatikan berbagai aspek, apakah nilai-nilai kebajikan universal, dilema etika, paradigma pengambilan keputusan, prinsip-prinsip pengambilan keputusan maupun langkah-langkah pengujian dan pengambilan keputusan.

Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan tentang konsep pengambilan keputusan tersebut diatas, maka secara tidak langsung proses pengambilan keputusan yang diambil telah menerapkan pengelolaan aspek social emosional. Dimana proses pengambilan keputusan tidak didasarkan pada emosi tetapi telah melalui berbagai pertimbangan bahkan dalam penerapan langkah-langkah pengambilan keputusan juga telah dilakukan berbagai macam uji, apakah uji legal, uji regulasi/ kode etik, uji intuisi, uji idola/ panutan dan uji publikasi. Yang kesemuanya itu tentu saja telah mencerminkan pengelolaan sosial emosional yang baik dan matang.

Adapun studi kasus yang dibahas dalam LMS dan diskusi kelompok merupakan kasus-kasus yang memang banyak dijumpai dalam praktik pembelajaran pada umumnya, yang menuntut analysis yang mendalam, mengingat kasus-kasus yang dibahas tersebut fokus pada moral dan etika, yang turut mengusik dan menguji nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik dalam pengambilan keputusan. Penelusuran lebih mendalam atas kasus yang ada sangat diperlukan agar kita tidak salah dalam melakukan analisis, seperti halnya suatu kasus, apakah termasuk dalam kategori bujukan moral atau dilema etika, kemudian adakah nilai-nilai yang bertentangan, paradigma dan prinsip pengambilan keputusan apa saja yang terkait, barulah dilakukan pengujian dan pengambilan keputusan.

Selanjutnya suatu kengambilan keputusan dikatakan tepat, apabila keputusan yang diambil tersebut dapat diterima dengan baik oleh semua pihak dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.  Meskipun dalam praktiknya tidak jarang keputusan yang kita ambil, berimplikasi negatif pada pihak-pihak tertentu yang memiliki pandangan yang berbeda. Yang terpenting adalah pengambilan keputusan telah mempertimbangkan berbagai aspek baik nilai-nilai kebajikan universal, prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan berbagai langkah pengujian pengambilan keputusan sehingga dapat dieliminir adanya kekecewaan yang bisa berujung pada kurang harmonisnya hubungan diantara pihak-pihak terkait.

Dalam proses pengambilan keputusan di lingkungan sekolah masih banyak dijumpai adanya pengambilan keputusan yang bertentangan dengan hati nurani kita dan menjadi sebuah dilema etika, yang mana kita lebih sering menerima keputusan tersebut tanpa kuasa mempengaruhi ataupun mengubahnya. Sebagai pendidik yang memiliki keterbatasan kewenangan mengharuskan kita untuk tunduk dan patuh akan kebijakan yang ditetapkan oleh sekolah sehingga kita masih menghadapi berbagai kendala dalam proses pengambilan keputusan yang tepat. Seperti halnya pengambilan keputusan terkait dengan pembelajaran di kelas, dimana seorang pendidik tidak memiliki otoritas penuh dalam menyikapi berbagai permasalahan yang dijumpai selama proses pembelajaran (tingkat ketidak hadiran siswa, nilai yang tidak memenuhi syarat untuk beberapa siswa, kedisiplinan siswa dan lainnya).  Kesemuanya itu bisa terjadi karena paradigma yang digunakan adalah paradigm lama, dimana pengambilan keputusan bersumber pada satu pihak ataupun kelompok tertentu saja yang sejalan dengan top management dan kurang mengakomodir  pihak-pihak yang berada pada tataran teknis di lapangan sehingga menimbulkan dilema etika tersendiri.

 Jikalau proses pengambilan keputusan yang kita lakukan berbasis pada konsep sebagimana dipelajari sebelumnya maka keputusan yang diambil, insyaallah akan mampu memberikan dampak positif bagi semua pihak dan juga mampu memerdekakan murid. Dengan memperhatikan berbagai aspek, maka keputusan yang diambil akan lebih aplikatif dan akomodatif sekaligus memberikan ruang akan lahirnya alternatif pilihan  atau yang dikenal dengan opsi trilema yang bisa menjadi solusi alternatif atas suatu permasalahan yang dihadapi. Dengan opsi ini semua pihak termasuk siswa, diberikan ruang yang memadai untuk menentukan pilihan terbaiknya dalam penyelesaian suatu masalah. Atau disa juga dikatakan bahwa keputusan yang diambil telah memerdekakan semua pihak, termasuk siswa.

 Setiap keputusan yang diambil oleh seorang pendidik yang juga memposisikan diri sebagai pemimpin pembelajaran, tentu akan berdampak pada murid-muridnya di kehidupan/ masa depan mereka. Dengan keputusan yang bijak tanpa mencederai/ merugikan murid akan membantu murid menggapai masa depannya. Sebaliknya pengambilan keputusan yang kaku dan hanya menyandarkan pada peraturan yang ada, akan berdampak pada keberlangsungan hidup dan masa depan murid itu sendiri. Murid yang melakukan kesalahan tentu harus mendapatkan konsekuensi atas kesalahan yang dilakukannya tetapi juga perlu dipertimbangkan juga agar konsekuensi tersebut tidak berimplikasi pada keberlangsungan/ masa depan murid.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting dan harus dimiliki oleh seorang pendidik, mengingat permasalahan demi permasalahn yang dijumpai sangat beragam dan kompleks. Berbekal pengetahuan dan ketrampilan dalam pengambilan keputusan tersebut menjadikan pendidik sebagai pemimpin pembelajaran yang bijak dan mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Demikian halnya dengan pengetahuan dan ketrampilan lainnya sebagaimana telah dipelajari pada modul 1 dan modul 2 juga sangat penting bagi pendidik sekaligus menjadi pondasi utama dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya.

20 April 2022

Jurnal Monolog - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

Guru adalah seorang pendidik sekaligus seorang pemimpin pembelajaran dimana selain menjalankan tugas pokoknya sebagai pendidik, dia juga memerankan diri sebagai seorang pemimpin baik dalam lingkup kelas yang diampu, program keahlian maupun di lingkungan sekolah. Sebagai seorang pemimpin pembelajaran tentu diperlukan berbagai pengetahuan dan ketrampilan yang memadai terkait dengan berbagai hal, khususnya dalam pengambilan keputusan.

Dalam proses pengambilan keputusan tidak jarang kita akan dihadapkan pada dilemma etika dan bujukan moral. Dilema etika ini tak jarang turut memberikan kontribusi yang lebih dominan dalam proses pengambilan keputusan, terlebih kita ini termasuk orang-orang timur yang lebih mengedepankan pada rasa tidak enak, sungkan dan menjaga respek yang tinggi pada orang lain.

Bagi saya pribadi selaku pendidik, tentu juga seringkali di hadapkan pada berbagai permasalahan yang membutuhkan pengambilan keputusan yang tepat. Dan untuk dapat melakukan proses pengambilan keputusan tersebut, tentunya perlu adanya latihan demi latihan yang nantinya akan mengasah kemampuan kita dalam proses pengambilan keputusan.

Adapun rencana yang akan saya lakukan kedepannya terkait dengan pengambilan  keputusan yang mengandung unsur dilema etika antara lain : memantapkan  pengetahuan dan ketrampilan saya terkait dengan pengambilan keputusan, memulai dari hal-hal yang sederhana, memulai dari sekarang dan berkolaborasi dengan rekan sejawat. 

Untuk mendukung pengetahuan dan ketrampilan saya dalam pengambilan keputusan, tentunya saya memerlukan dukungan dari berbagai pihak. Untuk lingkup pembelajaran di kelas, maka support dari siswa sangat diperlukan. Begitu juga dengan pihak orang tua/ wali murid juga sangat diharapkan untuk mendukung hal tersebut. Terlebih dalam suatu permasalahan yang muncul di kelas dan terkait dengan siswa, biasanya secara otomatis akan melibatkan orang tua/ wali murid. Selain itu dukungan dari rekan sejawat dan manajemen sekolah juga sangat diperlukan bagi terasahnya penerapan pengambilan keputusan yang tepat dan bijaksana dalam menyelesaikan berbagai permasalahan yang ada.

Selanjutnya dalam tataran implementasi, saya akan mencoba untuk menerapkan pengambilan keputusan tersebut pada lingkungan sekolah saya, pada murid-murid saya dan juga pada kolega/ guru-guru lainnya. Meskipun demikian saya akan mencoba untuk memulai dari yang lebih sederhana dan saya cukup menguasainya, yakni pengambilan keputusan pada murid-murid saya. Dan kebetulan, pengalaman saya sebagai pendidik yang memiliki tugas tambahan selaku ketua program keahlian juga turut mengasah ketrampilan saya dalam penyelesaian masalah hingga pengambilan keputusan yang tepat dan bijaksana. Kemudian terkait dengan hal tersebut, di kelas yang saya ampu selalu saja dijumpai permasalahan pada murid, apakah terkait pembelajaran di kelas, saat melakukan praktik indutri dan lainnya.

Untuk proses penyeesaian masalah sekaligus pengambilan keputusan, saya tentu akan menerapkan konsep dilemma etika dengan memperhatikan 4 paradigma yakni Individu lawan masyarakat, Rasa keadilan lawan rasa kasihan, Kebenaran lawan kesetiaan dan Jangka pendek lawan jangka panjang. Selain itu saya juga akan mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam mengambil keputusan atas pilihan-pilihan yang menantang, yakni berpikir berbasis pada hasil akhir, berpikir berbasis pada peraturan , berpikir berbasis pada rasa peduli. Selanjutnya pada fase akhir, saya akan menerapkan 9 langkah dalam pengambilan keputusan yang meliputi : nilai-nilai yang saling bertentangan, siapa saja yang terlibat, fakta-fakta yang relevan, lakukan pengujian benar atau salah (uji legal, regulasi, intuisi, jika dipublikasikan, keputusan dari panutan), Jika situasinya dilema etika, paradigma mana, prinsip penyelesaian dilemma, Investigasi Opsi Trilemma,  apa keputusannya dan lakukan refleksi.

Dari rangkaian proses pengambilan keputusan tersebut, nantinya akan saya terapkan dalam penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan yang melibatkan rekan sejawat dan lingkungan sekolah saya. Dimana proses pengambilan keputusan tersebut akan saya lakukan dari sekarang dan dimulai dari hal-hal yang dijumpai dalam keseharian. Seperti halnya dalam minggu ini, ketika saya menjadi bagian dari panitia ujian satuan pendidikan berbasis computer (USP-BK) dimana tak jarang dijumpai beberapa permasalahan terkait dengan pelaksanaan ujian USP-BK tersebut.