26 Maret 2008

Menumbuhkan Minat Baca Melalui Metode Active Learning

Oleh : SUPRAPTO, S.St
Guru SMK Negeri 1 Samarinda

Membaca, sekilas terlihat hanya sebagai satu kata yang simple and easy to be done, akan tetapi apabila kita menilik pada realitas di masyarakat, satu kata ini justru menjadi momok bahkan sebagian kalangan sangat tidak familiar atau mungkin alergi dengan satu kata kerja ini. Yang lebih ironis lagi, hal ini telah melanda sebagian besar masyarakat di negeri ini. Ini bagaikan suatu penyakit kronis yang telah merasuki bahkan menghinggapi hampir sebagian besar penduduk di negeri ini, tidak saja melanda kaum tua, kaum muda bahkan anak-anak sekalipun.
Membaca merupakan sesuatu problem yang sangat krusial bagi bangsa ini, baik bagi generasi yang terdahulu, generasi sekarang maupun generasi yang akan datang. Apabila kita cermati maka fenomena ini dapat terjadi oleh beberapa faktor diantaranya adalah :
Yang pertama, sebagian besar masyarakat kita bukan berasal dari well-educated group yang mengenyam jenjang pendidikan yang memadai, sehingga tidak mengenal habit untuk membaca.
Yang kedua adalah tingkat pendapatan masyarakat kita masih rendah sehingga tidak memiliki cukup budget untuk membeli bahan bacaan seperti buku, majalah, surat kabar dan lainnya .
Yang ketiga : Adanya persepsi yang salah kaprah yang menyatakan bahwa membaca itu tidak penting dan tidak dapat menghasilkan uang.
Yang keempat : Membaca belum menjadi bagian dari hidup seseorang atau sekelompok orang bahkan yang ada dalam benaknya adalah yang penting hidup dan makan.
Yang kelima : Meskipun secara ekonomi termasuk kelompok mapan tetapi tidak pernah berpikir bahwa membaca itu penting sehingga berdampak pada keengganaan untuk menyisihkan sebagian wages untuk membeli media baca seperti buku, majalah dan sejenisnya.
Yang keenam : Adanya pola konsumtif yang berlebihan yang mengakibatkan timbulnya pola pikir yang sempit dan mengukur segala sesuatunya dari sisi materi belaka.
Yang ketujuh : adanya paradigm lama yang beranggapan bahwa yang hobi membaca itu cukup yang berkecimpung dalam dunia pendidikan dan sejenisnya.
Kesemuanya itu mau atau tidak mau memang telah menjadi bagian dari sebagian bangsa ini, oleh karenanya tidaklah mengherankan kalau kita baca dan cermati berbagai riset yang dilakukan baik oleh lembaga survei nasional maupun internasional, negeri ini terseok-seok dalam peringkat buncit dalam hal membaca.
Harus disadari oleh seluruh bangsa ini bahwa salah satu indikasi kemajuan suatu bangsa dan negara itu terlihat dari minat baca masyarakatnya. Suatu bangsa yang memiliki minat baca yang tinggi tentu akan berimplikasi pada aspek-aspek pendukung kemajuan dan kebesaran bangsa itu sendiri seperti aspek teknologi, ekonomi, budaya, sosial, politik dan lainnya. Bisa digambarkan bahwa bangsa-bangsa maju dan modern yang berhasil menemukan teknologi yang canggih, semua itu berawal dari strongly habit membaca yang pada gilirannya akan melahirkan para ilmuwan dalam berbagai bidang.
Bangsa yang besar ini tidak boleh selamanya tergantung pada ketersediaan resources yang melimpah sebagaimana kita miliki sekarang ini, yang menjadikan kita terlena dan bangga untuk sesaat belaka. Kita harus dapat memetik pelajaran dari jiran lain, seperti Singapura : sebuah negara kecil yang tidak memiliki resources yang cukup signifikan dibandingkan dengan Negara kita. Tetapi apa faktanya : dengan kekayaan resources yang melimpah, yang dimiliki bangsa ini justru tidak menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan makmur sebagaimana dicita-citakan oleh para pendahulu kita. Bahkan negara yang kecil seperti singapura justru menjelma sebuah kekuatan ekonomi yang maju tidak saja di asia tenggara bahkan di dunia. Negara jiran kita tersebut bahkan menjadi salah satu pusat bisnis yang tersibuk dan terbesar di dunia.
Apa yang sejatinya dilakukan oleh jiran kita tersebut tidak lain adalah adanya highly awareness bahwa mereka tidak memiliki cukup resources sehingga mereka mengembangkan human resources. Melalui sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul, apapun dapat dibuat dan dilakukan termasuk membangun kekuatan ekonomi yang mapan dan mandiri sebagaimana telah diperlihatkan oleh Singapura dan jiran-jiran kita lainnya di asia tenggara. Sumber daya manusia yang berkualitas dan unggul ini , sangatlah dekat dengan namanya bahan bacaan baik cetak ataupun elektrik sehingga membaca sudah menjadi bagian dari hidup dan menjadi suatu habit.
Menyadari kodisi yang demikian itu maka kita harus melakukan introspeksi diri dan segera berbenah diri tentang apa yang telah kita capai saat ini, khususnya berkaitan dengan minat baca. Menyikapi hal ini tentu kita tidak bisa berharap terlalu banyak dan akan mampu melakukan perubahan yang drastis dan dapat memperoleh hasil yang signifikan dalam waktu singkat. Kesemuanya itu harus dibangun, diawali dan dibiasakan sehingga perlahan tapi pasti kita akan memetik hasilnya di kemudian hari.
Untuk mengawalinya sejatinya tidaklah terlalu berat, asalkan kita memiliki keinginan dan kemauan yang kuat untuk melakukannya diantaranya melalui penanaman sejak dini pada generasi muda pada seluruh tingkatan pendidikan baik SD, SLTP, SLTA bahkan perguruan tinggi.
Akan tetapi sebelum kita menanamkan minat baca ini terhadap siwa ataupun mahasiswa kita, tentu yang tidak kalah pentingnya adalah harus kita tanamkan minat baca ini pada para pelaku pendidikan khususnya guru dan dosen. Ada kekuatiran bahwa dua pilar dalam pendidikan kita ini justru jauh dari dunia baca sehingga juga berimplikasi pada siswa dan mahasisiwa yang dididiknya. Jikalau demikian faktanya, mau tidak mau, suka atau tidak suka harus kita tanamkan bahkan harus dibiasakan untuk membaca sehingga semuanya dapat berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan bahkan muncul keteladanan.
Setelah dua pilar pendidikan kita tersebut cukup familiar dengan dunia baca, maka dapat dilaksanakan penanaman minat baca tersebut pada siswa di semua jenjang pendidikan.
Hal pertama yang perlu kita lakukan adalah merevitalisasi model pengajaran yang kita anut selama ini, apakah model pengajarannya berbasis pada guru/ dosen atau berbasis pada siswa/ mahasiswa.
Yang kedua, apakah ketersediaan sumber bacaan mampu menjangkau seluruh lapisan masyarakat, khususnya lembaga pendidikan termasuk didalamnya updating sumber bacaan.
Yang ketiga, seberapa besar support dari semua pihak dalam menumbuhkan minat baca anak didik kita.
Model pengajaran yang berbasis pada guru, mendorong timbulnya pembenaran tentang apa yang disampaikan oleh guru bersangkutan dan menjadikannya the only learning sources. Ini tentu akan berimplikasi buruk pada siswa, diantaranya adanya ketergantungan yang sangat tinggi pada sosok seorang guru dan memungkinkan siswa tidak dapat belajar tanpa kehadiran seorang guru sehingga tidak pernah bisa belajar secara mandiri.
Adapun model pembelajaran yang berbasis pada siswa, merupakan model pembelajaran yang sejati sebagaimana dituangkan dalam tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menguasai pengetahuan atau kompetensi tertentu. Model ini berbasis pada active learning yang sangat memungkinkan siswa untuk mencari, menggali dan memperoleh sumber informasi yang sangat beragam dari berbagai sources. Dengan sendirinya, akan dapat menumbuhkan kreatifitas siswa dan lambat laun paradigma lama tentang model pembelajaran berbasis guru, yang telah terpatri dalam diri para pendidik hingga saat ini akan terdegradasi bahkan akan luntur.
Dengan active learning, terdapat beberapa advantages baik dari angel guru ataupun siswa. Guru tidak lagi menjadi satu-satunya sumber belajar, tetapi menjadi fasilitator yang tetap memegang kendali kelas dengan tanpa meminimalisir roles seorang guru. Dan dengan model ini, bukan berarti guru harus tidur pulas dan mempersilahkan siswa untuk belajar terus menerus sampai bored. Akan tetapi dengan sedikit mengurangi dominasi guru dalam kegiatan belajar mengajar, dan memberikan keleluasaan siswa untuk mendapat apa yang semestinya menjadi haknya yakni informasi maka akan memunculkan kemandirian siswa, khususnya dalam hal pencarian sumber belajar. Dengan pola ini, siswa mendapatkan porsi yang lebih untuk mendapatkan berbagai informasi dan dapat belajar secara mandiri dan tetap dalam bimbingan guru ( disesuaikan dengan kondisinya ). Apabila hal yang demikian dapat dilaksanakan secara kontinyu dan terprogram maka akan menjadikan suatu habit yang positif yang pada akhirnya akan menumbuhkan minat baca siswa. Dengan siswa yang telah memiliki habit yang tinggi dalam hal membaca, akan menghasilkan suatu sinergi yang positif dalam dunia pendidikan kita sekaligus sebagai embrio untuk menelorkan generasi-generasi muda yang kreatif, cerdas dan unggul.
Model active learning ini tentu perlu di support sehingga benar-benar dapat diaplikasikan dengan baik dan kontinyu sehingga dapat mencapai target yang jelas dan terukur. Diantaranya dengan ketersediaan sumber bacaan yang memadai baik dari sisi kualitas, kuantitas maupun updating-nya. Tidak dapat dibayangkan, jikalau kita memiliki sumber bacaan yang memadai baik kualitas dan kuantitas tetapi sudah out of date, tentu akan ketinggalan dengan perkembangan jaman yang demikian pesatnya. Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah terkait dengan distribusi sumber bacaan, jangan sampai sumber bacaan yang demikian luar biasa tersebut hanya dinikmati oleh sebagian kecil kalangan saja sehingga lepas dari target yang ada. Sementara pihak-pihak lain yang begitu memerlukannya justru tidak dapat menikmati dan memanfaatkannya. Selain itu, sumber belajar tersebut juga perlu diperhatikan maintenance-nya sehingga dapat tahan lama dan dapat dimanfaatkan oleh beberapa generasi kedepan.
Pengkondisian terhadap habit membaca dan dukungan sumber bacaan yang memadai sebagaimana dijelaskan diatas, perlu mendapatkan response dan support dari pihak terkait, khususnya keluarga, sekolah/ lembaga pendidikan lainnya, lingkungan. Faktor ini sangat penting dan cukup dominan dalam mendukung dan menumbuh kembangkan minat baca siswa. Bagaimana tidak suatu keluarga yang familiar dengan membaca, tentu akan men-stimulate anak untuk mengikuti dan meneladaninya sehingga membaca sudah menjadi kebutuhan bahkan sebagai bagian dari hidupnya. Sebaliknya lingkungan keluarga yang jauh dari habit membaca, tentunya akan memberikan efek negatif pada anak dalam hal membaca, yakni keengganan bahkan alergi dengan hal ini. Lingkungan sekolah yang dijadikan oleh sebagian siswa sebagai rumah atau lingkungan kedua setelah lingkungan keluarga, merupakan tempat yang dianggap cocok untuk mengapresiasikan dan mengaktualisasikan diri mereka. Demikian halnya dengan lingkungan masyarakat, juga akan memberikan efek yang tidak kecil dalam mendukung penumbuhan minat baca ini, baik yang terkait dengan ilmu agama, ilmu umum dan kemasyarakatan. Sebagaimana dapat kita jumpai bahwasanya anak-anak selepas menuntut ilmu di sekolah juga aktif belajar di lingkungan masyarakatnya baik di mushala/ masjid atau tempat lainnya.
Kesemuanya itu harus senantiasa bersinergi dalam menumbuh kembangkan minat baca anak-anak kita baik untuk jenjang pendidikan dasar ( TK dan SD ), pendidikan menengah ( SLTP dan SLTA ) juga pendidikan tinggi ( perguruan tinggi ). Hal ini tidak semata dibebankan pada sekolah atau lembaga pendidikan lainnya tetapi juga perlu support dari pihak lainnya seperti keluarga, masyarakat dan pemerintah sebagai pemegang dan pengambil policy.



SEMOGA KITA SEMUA TERGUGAH AKAN PENTINGNYA MENUMBUH KEMBANGKAN MINAT BACA TERHADAP ANAK-ANAK NEGERI INI.