PENGAMBILAN
KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN
Oleh : SUPRAPTO CGP Angkatan 4 Kelas 4.1.B
Sebagai seseorang yang berkecimpung dalam
dunia pendidikan, pastilah kita akan menjumpai berbagai permasalahan, yang
menuntut adanya proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat. Dalam proses
pengambilan keputusan ini tentunya bisa melibatkan berbagai pihak, apakah terkait
dengan siswa, guru, orang tua siswa ataupun kepala sekolah. Kolaborasi dengan
berbagai pihak dalam proses pengambilan keputusan tentunya akan menghasilkan
keputusan yang lebih baik sehingga bisa diantisipasi adanya potensi/ dampak negatif atas keputusan yang telah kita ambil. Pengetahuan
dan ketrampilan yang memadai turut serta berpengaruh dalam proses pengambilan
keputusan yang tepat dan bijaksana.
Filosofi Pratap Triloka yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara atau yang
kita kenal dengan asas-asas pendidikan yang terdiri atas 3 semboyan yaitu Ing ngarso sung
tuladha, ing madya mangun karsa, Tut wuri handayani, bisa dijadikan landasan
dalam proses pengambilan keputusan. Dimana sebagai seorang pendidik sekaligus
pemimpin pembelajaran, tentunya apa yang yang kita lakukan harus bisa
diteladani oleh siswa-siswi kita. Kitapun juga harus mampu memotivasi dan
memberikan dorongan kepada siswa-siswi kita agar berupaya semaksimal mungkin
dalam proses pembelajaran agar meraih hasil yang maksimal. Selain itu kita juga
harus memberikan kepercayaan kepada siswa siswi kita agar lebih berani untuk
tampil dan mengambil peran sesuai dengan porsinya agar kelak siap menjadi pemimpin
sesuai bidang keahlian yang ditekuninya.
Hal lain yang tak kalah pentingnya bagi
seorang pendidik dan pemimpin pembelajaran adalah nilai-nilai kebajikan yang
dimilikinya secara alami. Nilai-nilai kebajikan ini menjadi pijakan awal, yang
mampu menuntun kita dalam setiap pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan
segala aspek yang terkait sehingga keputusan yang diambil benar-benar tepat dan
dapat dipertanggung jawabkan serta memberikan kemaslahatan bagi semua pihak.
Proses pengambilan keputusan yang tepat
dan efektif tentunya tidaklah bisa dilakukan begitu saja tetapi memerlukan
latihan demi latihan agar semakin trampil. Dalam proses ini peran dari
pedamping dan fasilitator sangat signifikan untuk mendorong proses pengambilan
keputusan atas kasus-kasus yang ada, baik di LMS, kasus nyata ataupun kasus
pihak lain di media massa. Latihan-latihan proses pengambilan keputusan terhadap
kasus-kasus tersebut rupanya telah akan mampu mengasah ketrampilan kita dalam
pengambilan keputusan dengan memperhatikan berbagai aspek, apakah nilai-nilai
kebajikan universal, dilema etika, paradigma pengambilan keputusan, prinsip-prinsip
pengambilan keputusan maupun langkah-langkah pengujian dan pengambilan
keputusan.
Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan
tentang konsep pengambilan keputusan tersebut diatas, maka secara tidak langsung
proses pengambilan keputusan yang diambil telah menerapkan pengelolaan aspek social
emosional. Dimana proses pengambilan keputusan tidak didasarkan pada emosi
tetapi telah melalui berbagai pertimbangan bahkan dalam penerapan
langkah-langkah pengambilan keputusan juga telah dilakukan berbagai macam uji,
apakah uji legal, uji regulasi/ kode etik, uji intuisi, uji idola/ panutan dan
uji publikasi. Yang kesemuanya itu tentu saja telah mencerminkan pengelolaan sosial
emosional yang baik dan matang.
Adapun studi kasus yang dibahas dalam LMS
dan diskusi kelompok merupakan kasus-kasus yang memang banyak dijumpai dalam
praktik pembelajaran pada umumnya, yang menuntut analysis yang mendalam, mengingat
kasus-kasus yang dibahas tersebut fokus pada moral dan etika, yang turut
mengusik dan menguji nilai-nilai yang dianut oleh seorang pendidik dalam
pengambilan keputusan. Penelusuran lebih mendalam atas kasus yang ada sangat
diperlukan agar kita tidak salah dalam melakukan analisis, seperti halnya suatu
kasus, apakah termasuk dalam kategori bujukan moral atau dilema etika, kemudian
adakah nilai-nilai yang bertentangan, paradigma dan prinsip pengambilan keputusan
apa saja yang terkait, barulah dilakukan pengujian dan pengambilan keputusan.
Selanjutnya suatu kengambilan keputusan dikatakan
tepat, apabila keputusan yang diambil tersebut dapat diterima dengan baik oleh
semua pihak dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif,
aman dan nyaman. Meskipun dalam
praktiknya tidak jarang keputusan yang kita ambil, berimplikasi negatif pada
pihak-pihak tertentu yang memiliki pandangan yang berbeda. Yang terpenting
adalah pengambilan keputusan telah mempertimbangkan berbagai aspek baik
nilai-nilai kebajikan universal, prinsip-prinsip pengambilan keputusan dan
berbagai langkah pengujian pengambilan keputusan sehingga dapat dieliminir
adanya kekecewaan yang bisa berujung pada kurang harmonisnya hubungan diantara
pihak-pihak terkait.
Dalam proses pengambilan keputusan di
lingkungan sekolah masih banyak dijumpai adanya pengambilan keputusan yang bertentangan
dengan hati nurani kita dan menjadi sebuah dilema etika, yang mana kita lebih
sering menerima keputusan tersebut tanpa kuasa mempengaruhi ataupun
mengubahnya. Sebagai pendidik yang memiliki keterbatasan kewenangan mengharuskan
kita untuk tunduk dan patuh akan kebijakan yang ditetapkan oleh sekolah
sehingga kita masih menghadapi berbagai kendala dalam proses pengambilan keputusan
yang tepat. Seperti halnya pengambilan keputusan terkait dengan pembelajaran di
kelas, dimana seorang pendidik tidak memiliki otoritas penuh dalam menyikapi
berbagai permasalahan yang dijumpai selama proses pembelajaran (tingkat ketidak
hadiran siswa, nilai yang tidak memenuhi syarat untuk beberapa siswa,
kedisiplinan siswa dan lainnya). Kesemuanya
itu bisa terjadi karena paradigma yang digunakan adalah paradigm lama, dimana
pengambilan keputusan bersumber pada satu pihak ataupun kelompok tertentu saja
yang sejalan dengan top management dan kurang mengakomodir pihak-pihak yang berada pada tataran teknis
di lapangan sehingga menimbulkan dilema etika tersendiri.
Jikalau
proses pengambilan keputusan yang kita lakukan berbasis pada konsep sebagimana
dipelajari sebelumnya maka keputusan yang diambil, insyaallah akan mampu
memberikan dampak positif bagi semua pihak dan juga mampu memerdekakan murid. Dengan
memperhatikan berbagai aspek, maka keputusan yang diambil akan lebih aplikatif
dan akomodatif sekaligus memberikan ruang akan lahirnya alternatif pilihan atau yang dikenal dengan opsi trilema yang
bisa menjadi solusi alternatif atas suatu permasalahan yang dihadapi. Dengan
opsi ini semua pihak termasuk siswa, diberikan ruang yang memadai untuk menentukan
pilihan terbaiknya dalam penyelesaian suatu masalah. Atau disa juga dikatakan
bahwa keputusan yang diambil telah memerdekakan semua pihak, termasuk siswa.
Setiap
keputusan yang diambil oleh seorang pendidik yang juga memposisikan diri
sebagai pemimpin pembelajaran, tentu akan berdampak pada murid-muridnya di kehidupan/
masa depan mereka. Dengan keputusan yang bijak tanpa mencederai/ merugikan
murid akan membantu murid menggapai masa depannya. Sebaliknya pengambilan
keputusan yang kaku dan hanya menyandarkan pada peraturan yang ada, akan
berdampak pada keberlangsungan hidup dan masa depan murid itu sendiri. Murid
yang melakukan kesalahan tentu harus mendapatkan konsekuensi atas kesalahan
yang dilakukannya tetapi juga perlu dipertimbangkan juga agar konsekuensi
tersebut tidak berimplikasi pada keberlangsungan/ masa depan murid.
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan
bahwa pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting dan harus
dimiliki oleh seorang pendidik, mengingat permasalahan demi permasalahn yang
dijumpai sangat beragam dan kompleks. Berbekal pengetahuan dan ketrampilan
dalam pengambilan keputusan tersebut menjadikan pendidik sebagai pemimpin
pembelajaran yang bijak dan mampu menjadi teladan bagi murid-muridnya. Demikian
halnya dengan pengetahuan dan ketrampilan lainnya sebagaimana telah dipelajari
pada modul 1 dan modul 2 juga sangat penting bagi pendidik sekaligus menjadi
pondasi utama dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan
sebaik-baiknya.